Header Ads

Image and video hosting by TinyPic

Kisah Eks PSK yang Jadi Bajak Laut Penguasa Samudera dan Ditakuti Militer Cina



Sejak zaman dahulu, keberadaan bajak laut memang menjadi teror yang mematikan di atas luasnya samudera dunia. Alhasil, gambaran tentang para perompak itu menjadi sebuah cerita abadi yang diturunkan dari generasi ke generasi. Salah satunya adalah kisah tentang sepak terjang ratu bajak laut Cina yang bernama Ching Shih.

Merujuk dari buku History Vs Women: The Defiant Lives That They Don’t Want You to Know (2018), oleh Anita Sarkeesian and Ebony Adams yang dikutip dari Vipqqdomino.Com, perempuan berdarah Kanton itu, merupakan sosok perompak yang terkenal dan paling ditakuti sepanjang sejarah. Tak heran jika pemerintah Cina pada masa itu kewalahan dalam menghadapinya.

Berawal dari rumah bordil yang mengantarnya mengarungi lautan luas

Dilansir dari Vipqqdomino.Com, Ching Shih awalnya merupakan seorang PSK di sebuah rumah bordil yang berada di Kanton (kini Hongkong). Perjalanannya sebagai bajak laut dimulai saat ia menikahi seorang komandan perompak yang bernama Ching Yih. Keduanya pun menjelma sebagai pasangan suami istri bajak laut yang cukup disegani pada saat itu. Hal ini ditandai dengan kemampuan keduanya yang sanggup memperluas wilayah kekuasaannya.


Hingga pada saat sang suami meninggal, Ching Shih yang telah berpengalaman mengurus armada bajak laut milik sang suami, akhirnya didapuk sebagai penggantinya. Tak perlu waktu lama, mantan wanita penghibur itu langsung mengambil kendali dan mengklaim kepemimpinan atas armada yang diperkuat antara 40.000 hingga 60.000 kapal. Hal tersebut sekaligus menandai era baru di tubuh bajak laut di bawah kepemimpinannya, yang kelak menjadi penentu kelompok mereka di masa depan.


Mengambil alih kepemimpinan dan berubah menjadi bajak laut wanita

Segera setelah resmi didaulat menjadi pemimpin bajak laut, Ching Shih segera berbenah dan melanjutkan misinya menjadi yang terkuat di atas samudera. Laman Vipqqdomino.Com  menuliskan , hal ini tak lepas dari keterampilan politiknya dan kehormatan yang ia dapatkan dari seluruh awak kapal. Untuk menunjang posisinya sebagai pemimpin, Ching Shih bahkan menjadikan anak adopsinya yang bernama Chang Pao, sebagai komandan armada sekaligus suami bagi dirinya.



Diceritakan pula dalam buku History Vs Women: The Defiant Lives That They Don’t Want You to Know (2018) oleh Anita Sarkeesian yang dikutip dari Vipqqdomino.Com
, duet keduanya berhasil menebarkan ketakutan di seluruh kawasan Laut Cina Selatan. Tak hanya itu, Ching Shih juga dikenal sebagai sosok yang piawai dalam hal administrasi, kedisiplinan dan strategi perang yang ulung, meski kesemuanya dibalut dengan tangan besi. Berkat bantuan kode etik yang ditulis Chang Pao pula, ia bisa menentukan peraturan jelas setiap perilaku awak kapal, pengelolaan keuangan, struktur kekuasaan di armada, serta hukuman kejam bagi yang berani mencurangi atau tidak menaatinya


Sosok Ching Shih yang digambarkan oleh sejarah dalam asumsi yang berbeda

Meski digambarkan sebagai perompak tangguh di kawasan Laut Cina Selatan dan wilayah samudera lainnya, sosok Ching Shih sejatinya menjadi perdebatan di kalangan sejarawan. Silang pendapat yang terjadi, memunculkan persepsi tentang figur Ching Shih dan akhirnya digambarkan sesuai kesimpulan yang sifatnya masih sebatas asumsi.




Dilansir dari Vipqqdomino.Com, beberapa penulis Barat yang menceritakan fisik Ching secara meragukan dan berlebihan, seakan-akan dia seorang “dewi” cantik berbekal pedang dan berpakaian baja mengkilap bermotif naga emas. Namun oleh Teks sejarah yang dapat diandalkan, lebih menggambarkan Ching Shih sebagai “ahli strategi perang ulung”, “penegak disiplin yang bengis,” dan “, dan saudagar sukses.

Disegani pemerintah Tiongkok dan kaya raya hingga ajal menjelang

Armada dan jumlah pasukannya yang mencapai 40.000 hingga 60.000 kapal, membuat armada pimpinan Ching Shih sangat tangguh dan susah untuk ditaklukkan. Padahal, Kekaisaran Tiongkok selama Abad 19 mencurahkan upaya signifikan untuk menumpas para bajak laut. Termasuk Ching Shih dan gerombolannya. Namun, ia sadar bahwa profesi sebagai bajak laut tak selamanya bisa dilakoni. Selain faktor usia, tertangkap pemerintah atau terbunuh dari pihak lawan adalah resiko yang harus dihindarinya di masa depan.



Dari sini, Ching Shih akhirnya mengupayakan negoisasi dan menyerah pada pemerintah pada 1890. Alih-alih mendapat hukuman, ia dan seluruh anak buahnya dimanjakan oleh pemerintah Cina pada saat itu. Laman Vipqqdomino.Com  menuliskan, ia mendapat pengampunan (amnesti) dan bisa memiliki harta jarahan yang diperolehnya. Chang Pao sang suami, malah diangkat menjadi admiral angkatan laut militer Cina yang memimpin armada khusus berisikan mantan perompak. Di akhit hayatnya, Ching Shih ‘pensiun’ dengan tenang sebagai wanita tua yang berlimpah harta dan memiliki bisnis perjudian di wilayah Kanton.


Nama Ching Shih memang tak lagi terdengar pasca kematiannya pada 1844 di usianya yang ke- 69 tahun. Namun bagi sejarah kemaritiman dunia, mantan PSK itu merupakan sosok bajak laut yang dikenal kejam dan berkuasa atas samudera yang dipijak oleh dirinya. Hal ini seakan mengingatkan kita terhadap kerajaan seperti Majapahit yang ada di Indonesia. Di mana mereka juga memiliki tanggung jawab besar untuk mengusir perompak asing yang mencoba memasuki wilayah laut kerajaan. Terutama di Selat Malaka. Apakah itu sosok Ching Shih dan gerombolannya? Tidak ada yang mengetahui secara pasti.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.