Header Ads

Image and video hosting by TinyPic

Anak Umur 4 Sudah Dipaksa "Memegang Pisau Dapur". Ternyata "Alasan Dibaliknya" Bikin Ribuan Netizen Menangis!


Ada seorang gadis 5 tahun bernama Xiaohua, dari kecil ia telah diajarkan cara menyikat gigi, mencuci muka, berjalan, memasak, bermain piano, pergi sekolah, mengepel rumah, merapikan lemari baju, menyiapkan makan malam untuk ayah, dll.


Semuanya dilakukan Xiaohua karena ia mematuhi ‘perjanjian’ dengan ibunya. Sang mama pernah berkata bahwa anak yang bisa memasak, kemanapun ia pergi pasti ia bisa menjalani hidup dengan baik.


Dari umur 4 tahun, Xiaohua sudah diajarkan memegang pisau masak dan membersihkan lantai. Hal ini menjadi hadiah terbaik untuk putrinya sebelum kepergian ibunya.


Karena banyak orang terinspirasi dan kagum dengan Xiaohua, akhirnya kisah hidupnya difilmkan dalam sebuah film. Alhasil, air mata ribuan orang turun setelah selesai menonton filmnya.

Cerita dimulai pada tahun 1998.

Di Fukuoka, Jepang, ada beberapa pasangan suami istri bernama Xin Wu dan Qian Hui


Xinwu adalah seorang reporter surat kabar, orangnya humoris tapi mudah gugup.

Sedangkan Qianhui lulusan sekolah musik, ia hangat, ramah, dan cerdas.

Mereka berdua saling menghargai dengan kelebihan masing-masing, mereka berpacaran selama sekian tahun dan menjalani kehidupan yang baik.

Namun suatu hari Qianhui menemukan ada benjolan di dadanya. Ia pun pergi ke rumah sakit dan dokter berkata bahwa dalam tubuhnya terdapat tumor ganas. Dokter juga menganjurkan agar payudara kirinya segera diangkat.


Selama dirawat di rumah sakit Qianhui merasakan sakit yang luar biasa, ia ingin berhenti melakuan pengobatan dan menyerah saja.

Namun Xinwu menggenggam tanganya dan berkata “setelah kau operasi, kita akan pergi ke Kanada untuk melihat keindahan gunung Rocky. Tapi sebelum kita ke sana, ayo kita menikah dulu!”

Pada tahun 2001, mereka pun menikah


Pada waktu itu, Xinwu berusia 37 tahun dan Qianhui berusia 26 tahun.

Perawatan anti-kanker jangka panjang telah menyebabkan tubuh Qianhui menderita kesakitan yang luar biasa.

Ketika mereka menikah pun, Qianhui memakai wig.

Dokter pun menyarankan bahwa Qianhui jangan memiliki anak, Jika ia mengandung seorang anak, estrogen dalam tubuhnya akan aktif dan sangat berisiko untuk membangkitkan sel kanker.

Namun, setelah kembali dari perjalanan bulan madu ke Kanada, Qianhui malah hamil.


Dokter kembali mengatakan “jika kau melahirkan, sel kanker kemungkinan bisa kambuh atau juga bisa tidak”. Qianhui merenung, jika ia tidak melahirkan anak dalam kandungannya, bukankah itu adalah penyesalan yang akan ia bawa sampai mati?!

Qianhui akhirnya tetap memutuskan untuk melahirkan anak itu.

Ayah Qianhui berkata “Jika anakmu lahir, ia akan memberi harapan dan mendukungmu untuk lebih berani dalam menjalani hidup”


Tahun 2003, anak itu lahir dan dinamakan Xiaohua.


Qianhui berkata “saya bisa melihat Xiaohua, itu membuktikan saya berhasil hidup di dunia ini. Anakku lebih penting dari diriku dan harta dalam hidupku”


Qianhui bersikeras menyusui dan tidak mau melakukan pemeriksaan X-ray selama beberapa periode.

Ketika Xiaohua berumur 9 bulan, Xiaohua sepertinya merasakan sesuatu dan ia tidak mau minum ASI lagi.

Xinwu sangat khawatir, dan membawa Qianhui pergi ke dokter.

Sambil Xinwu berdoa ia mendapat SMS “kambuh lagi”


Ternyata sel kanker dalam diri Qianhui kambuh kembali, ia juga harus kembali melakukan kemoterapi yang paling dibencinya.

Pada tahun 2007, sel-sel kanker menyebar ke seluruh tubuh, bahkan untuk memeluk Xiaohua rasanya pun sulit

Pada ulang tahun Xiaohua yang keempat, Qianhui mengiriminya hadiah yaitu celemek masak.


Qianhui berkata:

Saya tidak punya uang, tidak punya kekuaran, tidak punya jabatan, saya tidak tahu harus mewarisi apa sebelum saya mati. Saya hanya bisa memasak dan melakukan pekerjaan rumah. Oleh karena itu aku ingin membiarkan ia menjalani kehidupan yang baik setiap harinya, bahkan agar ia bisa hidup dengan bahagia meski tanpa diriku…

Oleh karena itu, Qianhui mengajar Xiaohua cara memotong menggunakan pisau dapur, cara mencuci sayuran, cara memasak, terutama nasi merah dan sup miso.

Sejak saat itu sup miso menjadi tanggung jawab dan kewajiban Xiaohua untuk membuatnya, tanpa terkecuali dan alasan apapun.

Pada suatu hari ada adik Qianhui datang dan memberi Xiaohua sebuah buku. Baru saja ia membuka halaman pertama, Qianhui sudah teriak dari dapur dan merampas buku baru itu.


Adik Qianhui pun marah “bagaimana bisa kau menggunakan anakmu sebagai tangan dan kakimu? Anakmu bukanlah sebuah alat yang kau bisa gunakan kapan saja!’


Lalu Qianhui pun sangat sedih, ia berkata pada Xiaohua “nak, maukah kamu membuat sebuah perjanjian pada ibu? Kamu harus membuat sup miso setiap paginya!

Jika ibu sudah tiada dan kamu sakit, maka papa mama akan sangat sedih. Makanya kamu harus makan yang sehat. Kalau kamu mau makan, kamu harus dengan sepenuh hati memasaknya.

Tidak peduli sedang makan atau masak, kau harus tetap tersenyum kepada orang lain, menunjukkan bahwa kau sehat dan kuat.

Makanya mama ingin mengajarimu cara membuat sup miso yang enak. Kalau sudah bisa baru kau mencoba masak hal yang lain, mengerti?”


“Masak dengan baik, makan dengan baik, hiduplah dengan baik." Kebenaran ini telah terukir di jantung Xiaohua.

Dan sebelum Qianhui meninggal, ia mempersiapkan sebuah konser kecil terutama untuk suami dan anaknya.


Sebelum naik ke panggung, Qianhui berkata “70% dari hidup adalah keberuntungan. Jika saya berpikir demikian, maka hidup saya sangat berharga!”

Saat menonton konser, Xinwu menonton sambil menangis seperti anak kecil dari belakang.

Dalam kehidupan seseorang, bel gereja akan berbunyi 3 kali dalam hidup. Satu untuk kelahiran, satu untuk pesta pernikahan, dan satunya lagi untuk kematian.


Pada tahun 2008, Qianhui pergi, meninggalkan Ahua dan suaminya yang berumur lima tahun.


Sejak saat itu Xiaohu tumbuh besar dan tidak pernah melupakan perjanjian dengan ibunya, yaitu membuat semangkuk sup miso setiap pagi.


Menyikat gigi,berdoa,  mencuci muka, berjalan, memasak, bermain piano, pergi sekolah, mengepel rumah, merapikan lemari baju, menyiapkan makan malam untuk ayah, dll.


Xiaohua bisa lakukan semua sendiri, tanpa bantuan ayahnya.

Xiaohua juga teringat pesan ibunya: anak yang bisa memasak, kemanapun ia pergi pasti ia bisa menjalani hidup dengan baik.

Ini adalah "warisan" yang ditinggalkan Qianhui untuk Xiaohua seumur hidupnya. Yaitu didik untuk memiliki kemampuan untuk bertahan hidup secara mandiri.


Kita tidak bisa melindungi anak-anak dari penderitaan, kita tidak bisa memberinya keamanan, Kita tidak bisa melindungi mereka seumur hidup.

Jadi, lepaskan saja! Ajari apa yang ingin Anda ajarkan kepada anak Anda!

Ketika Xiaohua duduk di kelas 4 SD, dia menuliskan surat untuk ibunya, Qianhui:

“Aku ada rahasia yang mau aku kasih tahu padamu, bahwa sekarang aku sudah bisa masak dan menyiapkan bekalku sendiri! Mama kaget bukan?


Papa pernah karena terlalu banyak minum jadi ia lupa menyiapkanku bekal makan siang.

Akhirnya aku hanya memasak nasi ketika ayah mandi, dan membuat telur goreng yang diajarkan oleh nenek, serta ditaburi paprika hijau yang diajarkan oleh ayah. Tak lupa di atas nasinya ditaburi rumput laut!

Baru-baru ini hidangan khusus buatanku adalah nasi kari dan kentang panggang.


Aku juga ingin ibu mengajariku bermain piano. Karena di sekolah, aku mendapatkan nilai musik terbaik!

Aku juga ingin menjadi seperti ibu ketika besar nanti. Aku ingin menjadi penyanyi dan ibu bisa bersorak untukku dari Sorga!

Saya sangat ingin pergi ke Okinawa dan Disneyland bersama ibu dan ayah! Ayah berkata bahwa dia akan membawaku ke sana selama liburan musim panas. Tapi seandainya ibu pergi denganku, tentunya aku akan lebih bahagia.


Jangan bicara kata-kata buruk tentang orang lain. Jangan lupa tersenyum, semua ini diajarkan ibu kepadaku, ingat kan?

Tidak peduli seberapa sulit, betapa menjengkelkan, dan hal-hal yang merepotkan akan selalu ada. Namun selalu ada cara untuk menyelesaikannya, seperti yang sering Ibu katakan, "Ubah pikiranmu, pikirkan hal lain, pikirkan hal lain ..."

Meskipun sangat sulit, aku tidak akan menangis, aku akan selalu kuat!


Ibu, aku sangat merindukanmu…..”


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.